Setelah mempelajari
bab ini, Anda akan dapat:
1.Mendefinisikan tujuan organisasi, jenis-jenis tujuan organisasi
2.Memahami pengukuran tujuan keuangan organisasi dengan ROI, sebagai pengukuran
profitabilitas
3.Mengetahui konsep strategi dan formulasi strategi
4.Menjelaskan strategi di tingkat korporat dan unit bisnis
5. Menjelaskan keunggulan bersaing unit bisnis
Materi Pembahasan:
1. Goals/ Tujuan organisasi
2.Konsep strategi
3.Strategi level korporat / kantor pusat
4.Strategi unit bisnis
A. Tujuan
Tujuan adalah hasil akhir yang ingin dicapai oleh organisasi. Tujuan dapat
dikelompokkan menjadi tujuan finansial dan non-finansial / keuangan. Tujuan
keuangan adalah untuk mendapatkan laba yang memuaskan bagi pemilik dan pihak-pihak
yang terkait dengan organisasi. Sedangkan tujuan non keuangan dapat berupa,
seperti menyediakan lapangan kerja, membantu pemerintah menghasilkan devisa,
mensejahterakan masyarakat sekitar, memperbaiki lingkungan, dsb
Profitabilitas
“Profitabilitas” mengacu pada laba dalam jangka panjang, bukan laba kuartal
atau tahun berjalan. Banyak pengeluaran pada periode berjalan(misalnya,jumlah
uang yang dikeluarkan untuk iklan atau penelitian dan pengembangan) mengurangi
laba saat ini namun meningkatkan laba jangka panjang.
Sejumlah CEO hanya menekankan sebagian dari persamaan profitabilitas tersebut.
Jack Welch, CEO dari General Electric Company, secara terus terang memfokuskan
diri pada pendapatan; dia mengatakan bahwa General Electric jangan bergerak
pada bidang bisnis yang tingkat pendapatan dari penjualannya tidak menempati
posisi teratas atau setidaknya masuk dalam dua besar. Hal ini tidak berarti
bahawa welch mengabaikan komponen –komponen lain dari persamaan tersebut.
Profitabilitas dapat dihitung dengan menggunakan formula Return on Investment (
ROI ), yaitu:
ROI = Laba operasi ( penjualan – beban) / Penjualan X Penjualan / Investasi
Laba operasi / Penjualan = Profit Margin
Penjualan / Investasi = Investment turnover (perputaran investasi).
Contoh:
Penjualan = Rp 1.000.000,--
Beban = Rp 800.000,--
Laba = Rp 200.000,-
Investasi = Rp 500.000,-
ROI = (Rp 200.000,- / Rp 1.000.000,- = 20 % ) X ( Rp 1.000.000,-- / Rp
500.000,-= 2X ) = 40 %.
Berdasar rumus ini, profitabilitas perusahaan akan meningkat apabila dua
variabel dari rumus ROI tersebut semakin meningkat. Apabila profit margin
meningkat dengan tingkat perputaran investasi yang konstan maka ROI akan
semakin besar. Atau dengan profit margin yang sama tetapi perputaran investasi
naik, maka ROI juga akan naik sehingga profitabilitas perusahaan menjadi
semakin baik.
Memaksimalkan Nilai Pemegang Saham
Pada tahun 1980-an dan 1990-an, istilah “nilai pemegang saham” (shareholder
value) sering muncul dalam literatur bisnis. Konsepnya adalah tujuan yang
semestinya bagi sebuah perusahaan yang mencari laba adalah memaksimalkan nilai
pemegang saham. Akan tetapi diyakini bahwa mencapai tingkat laba yang memuaskan
adalah cara yang lebih baik dalam menetapkan tujuan perusahaan. Ada dua alasan untuk itu.
Pertama, istilah “memaksimalkan” menyiratkan bahwa selalu ada cara untuk
mendapatkan jumlah maksimum yang dapat dihasilkan oleh sebuah perusahaan.
Kedua, meskipun upaya mengoptimalkan nilai pemegang saham mungkin menjadi
tujuan utama, namun ini bukan berarti merupakan satu – satunya tujuan bagi
banyak organisasi.
Risiko
Tingkat pengambilan resiko sangat bervariasi, tergantung pada kepribadian atas
masing – masing individu di jajaran manajemen. Akan tetapi selalu ada batas
atas; sejumlah organisasi perusahaan secara terang – terangan menyatakan bahwa
tanggung jawab utama manajemen adalah menjaga aset – aset perusahaan, sedangkan
profitabilitas menjadi tujuan kedua.
B. Konsep Strategi
Walaupun definisi berbeda satu sama lain, ada kesepakatan umum bahwa strategi
mendeskripsikan arah umum yang akan dituju suatu organisasi untuk mencapai
tujuannya. Setiap organisasi yang dikelola dengan baik mempunyai satu strategi
atau lebih, walaupun mungkin tidak dinyatakan secara eksplisit. Selebihnya dari
bab ini membahas jenis – jenis umum strategi yang dapat membantu organisasi
mencapai tujuannya.
Strategi dapat ditemukan pada dua tingkatan: (1) strategi untuk organisasi
keseluruhan, dan (2) strategi untuk unit bisnis dalam organisasi. Sekitar 85%
dari perusahaan industri Fortune 500 di AS memiliki lebih dari satu unit bisnis
dan sebagai akibatnya merumuskan strategi pada kedua tingkatan.
Untuk menentukan strategi, biasanya perusahaan melakukan analisis yang disebut
dengan SWOT Analysis, yaitu analisis kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses),
peluang (opportunities), dan tantangan (threats). Berikut ini adalah bagan
formulasi strategi dengan swot analysis.
C. Strategi Tingkat Korporat
Strategi korporat adalah mengenai keberadaan di tengah – tengah bauran bisnis
yang tepat. Pada tingkat korporat masalahnya adalah : (1) definisi bisnis
dimana perusahaan akan berpartisipasi, dan (2) penguasaan sumber daya
antarbisnis – bisnis tersebut. Analisis strategi tingkat korporat menghasilkan
keputusan yang melibatkan bisnis yang akan ditambah, bisnis yang akan
dipertahankan, bisnis yang akan ditekankan, bisnis yang akan dikurangi
perhatiannya, dan bisnis yang diinvestasi (dijual).
Pada tingkat korporat, salah satu dimensi yang paling signifikan dimana konteks
strategis berbeda adalah tingkat dan jenis diversifikasi yang dilakukan oleh
perusahaan – perusahaan yang berbeda.
1. Single industry Firms, yaitu perusahaan akan berpartisipasi dalam bisnis
tunggal, seperti yang diterapkan oleh MCDonalds, Ayam Bakar Wong Solo, Ayam Ny .
Suharti.
2. Related Diversified Industry, yaitu perusahaan berpartisipasi dalam bisnis
yang beragam tetapi masih saling terkait produk yang dihasilkan, misal, bisnis
produk kesehatan, seperti Procter & Gamble’s, Unilever.
3. Un-Related Diversified Industry, yaitu perusahaan berpartisipasi dalam bisnis
yang beragam yang tidak saling terkait antar produk yang dihasilkan, misalkan,
usaha bank, asuransi, manufaktur, perdagangan, perkebunan, peternakan, hotel,
dll.
Pemilihan strategi masing-masing di atas dapat mempengaruhi perancangan sistem
pengendaliannya. Misal, dari segi organisasi, single industry akan berbeda
dengan related diversified maupun un-related diversified indusrtry. Rancangan
sistem pengendalian untuk berbagai strategi di atas akan dibahas khusus pada
bab 13.
D. Strategi Unit Bisnis
Strategi unit bisnis berkenaan dengan bagaimana menciptakan dan memelihara
keunggulan kompetitif dalam masing-masing industri yang telah dipiliholeh suatu
perusahaan untuk berpartisipasi. Strategi unit bisnis tergantung pada dua aspek
yang saling berkaitan, yaitu (1) misinya dan (2) keunggulan kompetitifnya.
Misi Unit Bisnis
Dalam perusahaan dengan diversifikasi, salah satu tugas dari manajemen senior
adalah mengalokasikan sumber daya, yakni membuat keputusan mengenai penggunaan
kas yang dihasilkan dari beberapa unit bisnis untuk mendanai pertumbuhan dalam
unit bisnis lain. Beberapa model perencanaan telah dikembangkan untuk membantu
manajer tingkat korporat dalam mengalokasikan sumber daya secara efektif.
Model-model ini menyarankan bahwa perusahaan memiliki unit-unit bisnis dalam
beberapa kategori, yang diidentifikasi dengan misinya; strategi yang tepat
untuk setiap kategori tentu berbeda.
Empat misi bisnis menurut Boston Consulting Group (BCG) dapat dijelaskan
sebagai berikut:
Build
Misi ini menyiratkan suatu sasaran untuk meningkatkan pangsa pasar (market
share) dimana pertumbuhan pasar relatif tinggi, tetapi sumber kasnya rendah,
sehingga penggunaan kasnya tinggi karena dana dibutuhkan untuk meningkatkan
pangsa pasar. Pangsa pasar sendiri dapat dihitung dengan cara membagi penjualan
perusahaan pada tahun tertentu dengan total penjualan industri pada tahun
tertentu, yang hasilnya adalah %
Hold
Misi strategik ini melindungi dan mempertahankan pangsa pasar unit bisnis dan
posisi bersaingnya di pasar.
Harvest
Misi strategik ini mempunyai sasaran untuk maksimisasi laba jangka pendek dan
arus kas. Dalam misi strategik ini, perusahaan telah mempunyai pangsa pasar
yang tinggi walaupun dalam keadaan pertumbuhan industri yang relatif rendah.
Divest
Misi strategik ini mengindikasikan suatu keputusan untuk membubarkan bisnisnya
atau melaui likuidasi perlahan-lahan atau penjualan unit bisnis ke lauar. Hal
ini ditunjukkan oleh adanya suatu fakta perkembangan selama beberapa periode,
di mana pangsa pasar yang selalu rendah sementara pertumbuhan pasar industrinya
juga rendah, sehingga perusahaan tidak dapat tumbuh secara sehat dan
menguntungkan. Dengan demikian, strategi yang memungkinkan adalah keluar dari
bisnis yang dijalankan sekarang.
Keunggulan Kompetitif Unit Bisnis
Tiga pertanyaan yang saling berkaitan harus dipertimbangkan dalam mengembangkan
keunggulan kompetitif unit bisnis. Pertama, apa struktur industri di tempat
unit bisnis beroperasi? Kedua, bagaimana unit bisnis seharusnya mengeksploitasi
struktur industri? Ketiga, apa yang akan menjadi basis keunggulan kompetitif
unit bisnis? Ada
dua pendekatan sebagai bantuan dalam mengembangkan keunggulan kompetitif yang
lebih superior dan berkesinambungan:
Analisis Industri
1. Intensitas persaingan diantara para pesaing yang ada
2. Daya tawar pelanggan
3. Daya tawar pemasok
4. Ancaman dari barang subtitusi
5. Ancaman pendatang baru yang masuk industri
Keunggulan Bersaing Generik
Menurut Porter, unit bisnis mempunyai cara generic untuk merespons terhadap
kesempatan dalam lingkungan eksternal dan mengembangkan keunggulan kompetitif
yang berkesinambungan yaitu biaya rendah dan differensiasi.
Biaya rendah
Kepemimpinan biaya dapat diperoleh melalui beberapa pendekatan seperti skala
ekonomis dalam produksi, pengendalian biaya yang ketat dan minimalisasi biaya.
Differensiasi
Fokus utama strategi ini adalah melakukan differensiasi penawaran produk yang
dihasilkan oleh unit bisnis, sehingga menciptakan sesuatu yang unik.
Diferensiasi dapat dilakukan pada “brand loyalty” seperti coca cola di minuman
ringan, product design dan features, keamanan, pelayanan, teknologi informasi,
seperti pada produk HP electronic, mobil BMW, Mercedez, jam rolex, dsb.
Analisis rantai nilai
Secara teoritis, keunggulan kompetitif dipasar pada intinya berasal dari
penyediaan nilai pelanggan lebih baik untuk biaya yang sama atau nilai
pelanggan yang sama untuk biaya yang lebih rendah. Rantai keunggulan kompetitif
tidak diperiksa secara berarti pada tingkat unit bisnis secara keseluruhan,
namun memisahkan perusahaan kedalam kegiatan strategisnya yang berbeda.
Pertanyaan yang diarahkan pada aktivitas yang menambah nilai, seperti:
1. Dapatkah kita mengurangi biaya, sementara nilai / penghasilan konstan?
2. Dapatkah kita meningkatkan revenue pada aktivitas ini, sementara biaya
konstan?
3. Dapatkah kita mengurangi asset pada aktivitas ini, sementara biaya dan
penghasilan konstan?
4. Yang paling penting, apakah kita dapat melakukan point 1,2,3 secara
bersama-sama?
Untuk meningkatkan nilai kepada pelanggan, maka setiap bagian yang dapat
menciptakan nilai tambah harus dioptimalkan kinerjanya, seperti pada aktivitas
pengembangan produk yang dilakukan pada bagian riset dan pengembangan, kemudian
rancangan produk yang sesuai dengan harapan konsumen, bahan yang berkualitas,
proses produksi dengan teknologi produksi yang efisien, pemasaran dan penjualan
serta pelayanan kepada pelanggan. Untuk menciptakan nilai tambah, maka
diperlukan kegiatan lain sebagai aktivitas pendukung, seperti kegiatan keuangan, sumber daya
manusia, dan teknologi informasi.
artikel; Akuntasi controllership (SPM) PRODI AKUNTANSI SEMERTER V
Tidak ada komentar:
Posting Komentar