Teknik pengumpulan data
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data
hasil penelitian yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan
data. kualitas instrumen berhubungan dengan dengan validitas dan reliabilitas
instrumen dan kualitas pengummpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang
digunakan untuk mengumpulkan data.
Kelebihan
teknik observasi:
- Data yang dikumpulkan melalui observasi cenderung mempunyai keandalan yang tinggi.
- Penganalisis melalui observasi dapat melihat langsung apa yang sedang dikerjakan. Pekerjaan-pekerjaan yang rumit kadang-kadang sulit untuk dijelaskan dengan kata-kata. Melalui observasi, penganalisis dapat mengidentifikasikan kegiatan-kegiatan yang tidak tepat yang telah digambarkan oleh teknik pengumpulan data yang lain.
- Dengan observasi, penganalisis dapat menggambarkan lingkungan fisik dari kegiatan-kegiatan, misalnya tata letak fisik perlatan, penerangan, gangguan suara, dsb.
Kekurangan
teknik observasi:
- Umumnya orang yang diamati merasa terganggu atau tidak nyaman, sehingga akan melakukan pekerjaanya dengan tidak semestinya.
- Pekerjaan yang sedang diobservasi mungkin tidak dapat mewakili suatu tingkat kesulitas pekerjaan tertentu atau kegiatan-kegiatan khusus yang tidak selalu dilakukan.
- Observasi dapat mengganggu pekerjaan yang sedang dilakukan.
- Orang yang diamati cenderung melakukan pekerjaannya dengan lebih baik dari biasanya dan sering menutupi kejelekannya.
Pekerjaan
paling berat yang dilakukan peneliti setelah data terkumpul adalah analisis
data. Analisis data merupakan bagian sangat penting dalam penelitian, karena
dari analisis ini akan diperoleh temuan, baik temuan substantif maupun formal.
Selain itu, analisis data kualitatif sangat sulit karena tidak ada pedoman
baku, tidak berproses secara linier, dan tidak ada aturan-aturan yang
sistematis.
Pada
hakikatnya analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan,
mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga
diperoleh suatu temuan berdasarkan fokus atau masalah yang ingin dijawab.
Melalui serangkaian aktivitas tersebut, data kualitatif yang biasanya
berserakan dan bertumpuk-tumpuk bisa disederhanakan untuk akhirnya bisa
dipahami dengan mudah.
Analisis
data kualitatif sesungguhnya sudah dimulai saat peneliti mulai mengumpulkan
data, dengan cara memilah mana data yang sesungguhnya penting atau tidak.
Ukuran penting dan tidaknya mengacu pada kontribusi data tersebut pada upaya
menjawab fokus penelitian. Di dalam penelitian lapangan (field research)
bisa saja terjadi karena memperoleh data yang sangat menarik, peneliti mengubah
fokus penelitian. Ini bisa dilakukan karena perjalanan penelitian kualitatif
bersifat siklus, sehingga fokus yang sudah didesain sejak awal bisa berubah di
tengah jalan karena peneliti menemukan data yang sangat penting, yang
sebelumnya tidak terbayangkan. Lewat data itu akan diperoleh informasi yang
lebih bermakna.
Untuk bisa
menentukan kebermaknaan data atau informasi ini diperlukan pengertian mendalam,
kecerdikan, kreativitas, kepekaan konseptual, pengalaman dan expertise
peneliti. Kualitas hasil analisis data kualitatif sangat tergantung pada
faktor-faktor tersebut.
Dari
pengalaman melakukan penelitian kualitatif beberapa kali, model analisis data
yang dikenalkan oleh Spradley (1980), dan Glaser dan Strauss (1967)
bisa dipakai sebagai pedoman. Kendati tidak baku, artinya setiap peneliti
kualitatif bisa mengembangkannya sendiri, secara garis besar model
analisis itu diuraikan sebagai berikut:
1.
Analisis Domain (Domain analysis). Analisis domain pada hakikatnya
adalah upaya peneliti untuk memperoleh gambaran umum tentang data untuk
menjawab fokus penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data secara umum
dan menyeluruh untuk memperoleh domain atau ranah apa saja yang ada di
dalam data tersebut. Pada tahap ini peneliti belum perlu membaca dan memahami
data secara rinci dan detail karena targetnya hanya untuk memperoleh domain
atau ranah. Hasil analisis ini masih berupa pengetahuan tingkat “permukaan”
tentang berbagai ranah konseptual. Dari hasil pembacaan itu diperoleh hal-hal
penting dari kata, frase atau bahkan kalimat untuk dibuat catatan pinggir.
2. Analisis Taksonomi (Taxonomy Analysis). Pada tahap analisis taksonomi,
peneliti berupaya memahami domain-domain tertentu sesuai fokus masalah
atau sasaran penelitian. Masing-masing domain mulai dipahami secara mendalam,
dan membaginya lagi menjadi sub-domain, dan dari sub-domain itu dirinci lagi
menjadi bagian-bagian yang lebih khusus lagi hingga tidak ada lagi yang
tersisa, alias habis (exhausted). Pada tahap analisis ini peneliti bisa
mendalami domain dan sub-domain yang penting lewat konsultasi dengan
bahan-bahan pustaka untuk memperoleh pemahaman lebih dalam.
3. Analisis Komponensial (Componential Analysis). Pada tahap ini peneliti mencoba
mengkontraskan antar unsur dalam ranah yang diperoleh . Unsur-unsur yang
kontras dipilah-pilah dan selanjutnya dibuat kategorisasi yang relevan.
Kedalaman pemahaman tercermin dalam kemampuan untuk mengelompokkan dan merinci
anggota sesuatu ranah, juga memahami karakteristik tertentu yang berasosiasi.
Dengan mengetahui warga suatu ranah, memahami kesamaan dan hubungan internal,
dan perbedaan antar warga dari suatu ranah, dapat diperoleh pengertian
menyeluruh dan mendalam serta rinci mengenai pokok permasalahan.
4. Analisis Tema Kultural (Discovering Cultural Themes). Analisis Tema Kultural adalah
analisis dengan memahami gejala-gejala yang khas dari analisis sebelumnya.
Analisis ini mencoba mengumpulkan sekian banyak tema, fokus budaya, nilai, dan
simbol-simbol budaya yang ada dalam setiap domain. Selain itu, analisis ini berusaha
menemukan hubungan-hubungan yang terdapat pada domain yang dianalisis, sehingga
akan membentuk satu kesatuan yang holistik, yang akhirnya menampakkan tema yang
dominan dan mana yang kurang dominan.
A. Penelitian Kuantitatif
1. Judul Penelitian
Pengaruh Latar Belakang Pendidikan Guru Dan Eksplanasi Sejarah Terhadap Kemampuan Menulis Kisah Sejarah Oleh Siswa
2. Perumusan Masalah
a. Apakah terdapat perbedaan kemampuan menulis kisah sejarah oleh siswa antara yang gurunya berlatar belakang pendidikan sejarah dengan gurunya yang berlatar belakang pendidikan non-pendidikan sejarah ?
b. Apakah terdapat perbedaan kemampuan menulis kisah sejarah oleh siswa antara yang gurunya menggunakan eksplanasi sejarah model garis besar kronologis dengan gurunya yang menggunakan eksplanasi sejarah model tematis ?
c. Apakah terdapat interaksi antara latar belakang pendidikan guru dan eksplanasi sejarah terhadap kemampuan menulis kisah sejarah oleh siswa ?
3. Hipotesis Penelitian
a. Kemampuan menulis kisah sejarah oleh siswa yang gurunya berlatar belakang pendidikan sejarah lebih baik daripada gurunya yang berlatar belakang pendidikan non-pendidikan sejarah
b. Kemampuan menulis kisah sejarah oleh siswa yang gurunya menggunakan eksplanasi sejarah model garis besar kronologis lebih baik daripada gurunya yang menggunakan eksplanasi sejarah model tematis
c. Terdapat interaksi antara latar belakang pendidikan guru dan eksplanasi sejarah terhadap kemampuan menulis kisah sejarah oleh siswa
B. Penelitian Kualitatif
1. Judul Penelitian
Membayangkan Masa Lalu : Gender Dalam Sejarah Indonesia
2. Perumusan Masalah
Bagaimana anak laki-laki dan anak perempuan di SMP membayangkan masa lalu dalam kisah sejarah Indonesia ?
3. Fokus Penelitian
Penelitian ini merupakan usaha memahami alam pikiran anak laki-laki dan anak perempuan di SMP tentang sejarah Indonesia. Pikiran yang terdapat di otak, tidak dicarikan penjelasannya bagaimana proses kognisi kisah sejarah masuk dan terstruktur menjadi bentuk tertentu di kepala siswa/i. Terkait disini, salah satu awal sekaligus peran terbesar sebagai pembentuknya, adalah referensi buku sejarah yang selama ini mereka pelajari sendiri maupun bersama guru sejarah di sekolah. Keadaan demikian menarik minat untuk melihat gambaran sebenarnya, apa yang dibayangkan anak-anak tersebut tentang masa lalu bangsanya sendiri. Pada saat yang sama, penelitian ini akan lebih luas daripada hanya tentang kemampuan mengingat kisah sejarah, namun merupakan representasi baru ingatan anak didik tentang jati diri bangsanya, yang telah melewati perjalanan waktu dan seringkali kondisinya jauh berbeda dengan sejarah Indonesia yang pernah mereka pelajari
Meningkatkan penjualan
Dalam industri air minum kemasan
beroksigen, perusahaan perlu
mengevaluasi strategi bauran
pemasaran “AirOx” secara periodik agar dapat
mempertahankan bahkan
meningkatkan volume penjualannya, mengingat
semakin banyak bermunculannya
produk air minum kemasan beroksigen yang
baru. Pihak perusahaan
menginginkan pertumbuhan penjualan sekitar 5 persen setiap tahunannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar